Hembusan Hasrat

Kilas Balik: Memetik Kembang Di Sore Hari  



Kilas Balik: Memetik Kembang Di Sore Hari  

0  Wiradhi memegangi kedua belah paha putih nan mulus milik Lydia dan membuka kedua kaki sang gadis lebar-lebar hingga lembah perawan yang berada di tengah - tengah selangkangannya terpamerkan tanpa ada yang bisa disembunyikan sedikit pun.    
0

  Wiradhi menikmati setiap pemandangan indah yang disuguhkan oleh gadis kecil yang sedang terbaring mengangkang di atas ranjangnya saat ini.    

  Tatapan panas yang diberikan oleh sang lelaki di area pribadinya membuat tubuh sang gadis ikut memanas dibakar nafsu.    

  Ditatapnya sang lelaki yang sedang memelototi selangkangannya yang terbuka lebar mengangkang memamerkan segala keindahan yang biasanya disembunyikan dari dunia.    

  Wiradhi yang merasakan tatapan Lydia pun menoleh ke arah wajahnya dan dilihatnya sang gadis kini sedang memberinya tatapan basah dan malu – malu.     

  Wiradhi tersenyum dan mendekatkan wajahnya ke wajah Lydia.    

  Dikecupnya lembut bibir Lydia yang membuat pikiran sang gadis terasa semakin ringan melayang sembari mengeluarkan rayuan manis dari mulut gombalnya.    

  Sementara itu, satu tangan sang lelaki dengan lembut mengelus – elus kepala sang gadis dan sebelah tangannya lagi dengan nakal mengusap – usap area pribadi miliknya yang masih perawan belum pernah disentuh oleh lelaki manapun seumur hidupnya.    

  "Lydia sayang.... Aku masukin yah..." Bisik Wiradhi di telinga Lydia, dengan nada lembut nan menggoda yang membuat otak sang gadis serasa meleleh mendengarnya.    

  "Ahh.... Wira.... Aku takut...."     

  Lydia yang membayangkan akan seperti apa rasanya kalau rudal milik Wiradhi yang lebih gede dari lumpia itu masuk ke dalam lubangnya yang cuma sebesar jari kelingking merasa takut dan cemas.    

  "Tenang saja, aku bakal pelan – pelan kok.... Rilekskan dirimu, sayang.... jangan tegang - tegang...."    

  Wiradhi kembali mengecup bibir Lydia dan kembali menyusuri seluruh tubuhnya dengan mulutnya, memberikan ciuman lembut dari mulut ke leher, lalu ke dada dan turun ke perut, hingga berakhir ke selangkangan sang gadis.    

  Wiradhi bangkit dan meraih tangan kiri Lydia dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya memegangi organ kelaminnya sendiri yang telah dilumasi oleh cairan cinta sang gadis.    

  Dengan perlahan, sang lelaki mendekatkan rudalnya menuju lubang perawan milik sang gadis dan mulai menekan – nekan bibir vaginanya, seolah sedang mengetuk – ngetuk pintu ingin permisi untuk masuk ke dalam.    

  Lydia menggigit bibir bagian bawahnya sambil menatap Wiradhi dan menganggukkan kepalanya dengan perlahan.    

  Sedikit demi sedikit, tombak keperkasaan milik sang lelaki maju dengan perlahan berusaha menembus tebalnya pertahanan yang dimiliki oleh dinding vagina sang perawan yang begitu sempit dan rapat.    

  "Aauuuu.. Pelan pelan Wiraa..., uuhh,.. uhuk... uhhuk...." erang Lydia dengan lirih menahan sakit dan perih yang dirasakan oleh dirinya.    

  Rasa perih bagaikan ditusuk sembilu itu membuat lubang perawannya secara refleks mengeluarkan cairan bening seperti mata yang menangis mengeluarkan air mata saat sedang perih.    

  Wiradhi dengan penuh perhatian pun menghentikan laju tusukan tombaknya dan membiarkan cairan yang keluar merembes dari dinding vagina sang perawan untuk melumasi lagi setiap bagian dari tombak yang telah tertanam di dalam liang cinta sang gadis secara alami.    

  Setelah Wiradhi merasa tombaknya sudah cukup basah dan sang gadis pun telah terbiasa menerima bagian ujung tombaknya di dalam lubang perawannya, maka sambil menelan air liur sang lelaki melanjutkan kembali usahanya untuk menembus dinding keperawanan sang gadis.    

  Dengan perlahan tapi pasti dia tekan maju tombaknya secara perlahan-lahan, menembus setiap resistensi yang ada di dalam lubang yang terasa begitu sempit, kencang, basah dan lembab serta belum terjamah oleh siapa pun ini.    

  Hingga akhirnya, ujung tombak sang lelaki pun membentur sebuah membran tipis yang hanya ada sekali seumur hidup.    

  Tahu lah sang lelaki, bahwa ini adalah apa yang disebut sebagai selaput dara.    

  Ditatapnya sang gadis yang juga sedang menatap mata sang lelaki dengan pelupuk mata yang basah berlinang air mata.    

  Ada ekspresi penuh harapan bercampur kecemasan di mata indah milik sang gadis....    

  Akhirnya, dengan penuh semangat dan antusiasme, bagaikan pejuang kemerdekaan dengan semangat empat lima menusukkan bambu runcing ke tubuh tentara kompeni, Wiradhi pun menyodokkan tombaknya ke dalam lubang perawan milik Lydia dalam sekali hentakan.    

  Dengan sangat efektif, tembok sakral yang menandakan kesucian sang gadis pun telah hancur tertembus tombak perkasa milik sang lelaki.    

  "Aaaahhhhhh,.. Aduhhh, saaaakkiitt..." jeritan perih Lydia menggema memenuhi seisi ruangan saat tombak milik Wiradhi ambles masuk ke lubang cintanya, menembus selaput dara tanda keperawanannya, dan merenggut kesucian tubuhnya.     

  Wiradhi menggerakan tombak miliknya maju mundur perlahan-lahan mencari posisi yang enak sambil memeluk tubuh mungil milik sang gadis erat - erat.     

  Lydia menggigit pundak Wiradhi sambil memeluk punggung sang lelaki kuat –kuat sebagai pelampiasan untuk mengurangi rasa sakit bercampur perih yang dirasakan oleh dirinya yang baru saja kehilangan keperawanan.     

  Wiradhi merasakan sesuatu yang begitu hangat di sekitar batang tombaknya.     

  Dengan refleks, dilihatnya ke bawah dan dilihatnya tombak yang sedang menancap dalam – dalam di lubang cinta sang gadis kini telah basah berlumuran cairan merah.    

  Saat dia melihat dengan lebih seksama lagi ternyata lubang perawan milik Lydia telah mengeluarkan darah segar tanda keperawanannya kini telah dia renggut.    

  "Betapa beruntungnya diriku" gumam Wiradhi dalam hati.    

  Baru saja dia pindah rumah pada pagi ini dan tahu – tahu dia sudah mendapatkan keperawanan seorang gadis pada sore hari itu juga.    

  "Ahhhhh... Huumm... Wira... Uhh ooohhh..." Lydia mendesah penuh kepedihan sambil tak henti-hentinya menggigit pundak Wiradhi.    

  Kedua tangan mungil sang gadis yang mencengkeram kuat – kuat punggung sang lelaki pun juga ikut membenamkan kukunya ke dalam kulit di punggung Wiradhi.    

  Wiradhi balas dengan mengelus lembut kepala Lydia sambil mengusap – usap punggung mulus milik sang gadis dengan sensasi lekukan yang membuat tombak yang kini sedang tertancap di dalam liang cinta sang gadis semakin keras dan membesar.    

  Diciuminya bibir sang gadis dan Wiradhi dengan penuh nafsu pun melahap seisi mulut Lydia, menelan segala desahan dan erangan dari sang gadis dan membenamkan dirinya dalam sensasi nikmat yang begitu memabukkan.    

  Dengan perlahan, rasa sakit dan perih yang dirasakan oleh sang gadis pun kini telah sirna, digantikan oleh nikmatnya goyangan tombak sang lelaki di dalam liang cintanya yang sempit.    

  Sedikit demi sedikit, tombak tersebut bergerak semakin cepat maju mundur menusuk dan menggesek – gesek setiap bagian di dalam lubang kenikmatan milik sang gadis, mengirimkan sensasi nikmat yang tak tertahankan yang mengguyur kedua insan di bawah umur yang sedang bergumul di atas ranjang tersebut....


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.